Pertemuan paling sengaja

    
Pertengahan bulan Mei, tahun 2018, pukul 20 : 31 malam.
Terduduk dipojok ruang baca, suara dari staff untuk menyudahi aktivitas perbukuan sedang berlangsung, namun buku yang aku cari tak kunjung ditemui.
Hingga saat penghunjung jam kerja, perpustakaan Gramedia diharuskan tutup memaksa kita untuk menyelesaikan segera konsultasi otak kanannya atau kembali lagi esok hari. 
Suara itu secara halus mengusir langkah dan menghentikan aktivitas pencarian untuk segera pergi. Lalu suara notification bbm terdengar nyaring, notif berlangsung seperti sebuah spam chat. Ada sebuah obrolan disalah satu grup alumni SD. 
 
Ketika satu teman mengiyakan perjumpaannya, aku bergerak terselubung dengan chatting babibu ke salah-satu teman sekelas saat sekolah dulu. Sebab berniat hanya mencari teman, atau menemui untuk berbagi cerita.
 
Iseng menanyai kabar tak sepengetahuan, nyatanya ia baru saja keluar dari perpus dan sedang duduk disamping pertokoan penjual es krim. Kebetulan aku masih berjalan menuju pintu keluar.

Menanyai bahwa ia tinggal di dekat gedung walikota Bandung, karena kuliah D3 nya. Mengetahui kabar itu aku mengambil kesempatan untuk menemui dan kalau berhasil aku berniat mentraktir makan surabi di Setiabudi.

Gugup, imajinasi kepala mulai berhamburan, entah nanti apa yang terjadi. Keringat dingin keluar melalui sela-sela pori-pori kulit dalam jaket. Logika memaksa sebab kapan lagi akan bertemu tak sengaja.

Melihat sekeliling, sepi. Semua orang sudah hampir semuanya menuju meja kasir, atau keluar dari aktivitasnya, mas satpam menghampiri, gue yang sedang serius mencari tiap halaman buku khusus struktur di rak buku teknik.

    “Mas, sudah waktunya. waktu mas sudah habis!"

    “Satpam kok ngomongnya setengah-setengah gini” gumam gue
 
Berjalan kaki dengan gontai, sebab buku yang dicari belum sempat ditemui. menuruni tangga,  dari lantai 4 menuju lantai 2 tangga terakhir dekat pintu keluar perpustakaan.

    “Dimana lo?”

    "Diluar, dibawah kanopi, dekat toko kopi"

    "Tunggu bentar, mau beli memo papper"

Nggak ada balesan dari bbm, oh mungkin doi sedang di spik kang kopinya.

Keliling – keliling nyariin memo paper dirak khusus kertas. Kagak ada. Muter sana – sini, sampe di curigain mas-mas satpam. Emang sih waktu itu atasan gue pake jaket kulit yang tengahnya diseletingin dan celana levis bahan biru tua pake topi koboy ala detektif.

 

15 menit nyari, nemunya nyempil di tempat kertas hello kitty.

    “klung” suara bbm bunyi.

Pas cek hape ternyata itu suara bbm hape anak labil SMA yang lagi pacaran disebelah rak pensil alis. Sialan.

    “klung” lagi

    Suaranya muncul lagi, semoga bukan hape mas – mas di belakang gue. “CEPETAN

Segeralah gue ke kasir bayar memo paper, sekalian juga beli tali rambut. Siapa tau doi lupa bawa iketan rambut.

Jalan keluar sambil nenteng – nenteng pelastik kecil, celingukan nyari doi. Nggak ada 10 meter, gue lihat ada cewek rambut panjang lagi duduk sendirian di meja “merah” dan dimeja depannya ada mas-mas ngelirikin mba – mba di seberangnya.

Agak curiga, kayaknya ini mba-mba salah nongkrong, bukan dia. Nyelononglah gue ke parkiran motor.

    “Kamu dimana ih. Cepetan”

    “Lo depan mana?”

    “Duduk di meja merah, gendong tas punggung coklat”

    “Aku diparkiran, sebentar aku kesitu”

Jalan cepet ke tempat yang didudukin mba – mba tadi. Waktu gue lihat, dimeja itu ada cewek lagi maenin hape, tapi mas-mas yang tadi duduk seberang-seberangan, sekarang semeja sama doi, kayanya udah panas di godain mas-mas. Wah langsung lah gue sigap.

    “Lo bawa cowo?”

    “Bukan, ini aku di godain mas – mas. Cepetan iihhh kesinii!!”

Hahaha.. njir ngakak gue disitu, nggak jauhan sih. Doi masih nunduk maenin hape. Gue deketin dan berdiri disamping meja-kursi itu, langsung nyamber tangannya.

Gue berdiri, megang tangannya.

    “Beb ayok, maaf mas, ini pacar saya. Mas siapa?”

    “Oh sorry bro, gue salah orang”

Entahla gue bisa segesit itu. Tanpa menghiraukan orang tersebut, pergilah gue dari pandangan mas-mas.

Wajah polosnya memandangi ane, lucu.. mukanya kalo doi bingung gini, lebih mirip anak kecil yang nagih minta permen.

    “Mau kemana” pada akhirnya doi bertanya

    “Aku laper, mau makan dulu. Kamu udah makan?”

Doi Cuma “menggelengkan” kepalanya. Bahwa tandanya doi belum makan, agak kesian juga kalau aja gue ajak jalan keliling bandung malam itu.

Perjalanan mengemudi sepelan mungkin, biarkan alam semesta dengan malamnya yang gemerlap dingin, serpihan kabut tersorot cahaya lampu. Malam itu mengajaknya makan surabi di Setiabudi
 
Terimakasih sudah mau menemui..

Komentar

Postingan Populer