Sudut pandang dari balik roti panggang Ichiro
Tertulis
di siang hari yang lembab. Beranjak sudah memasuki semenster akhir. Pertumbuhan pesat pada remaja,
sudah ingin melakukan suatu menambah kedewasaan dengan menghubungan
asmara. Wanita yang terduduk menyilangkan kaki, menanti sebuah roti.
Disamping
itu ada grobak roti bakar - kukus special ichiro. Ia terlihat ketawa lirih saat melihat hape di genggamnya. Kadang mengobrol ke teman
disamping yang sama-sama menunggu, hingga terkadang tersenyum manis, kadang pula menyenggol lengan temannya saat asik tertawa. Seperti sedang berbahagia membahas topik yang menarik.
Dengan
menggunakan metode lirikan sesekali, melihat ia yang sedang duduk diujung sana,
menyapanya melalui lirikan mata. ketika sedang menatapnya ia melihat kearah
yang sama. Entah namanya siapa, tertarik dengan kedipan mata serta kibasan
rambutnya yang tertiup angin terkibas kekiri dan kekanan.
Ia
masih menunggu dengan cukup tenang, roti yang dibuatkannya oleh kang roti Ichiro secara spesial susu – coklat – keju, menunggu sambil mengunyah sebungkus cemilan berwarna hijau,
duduk bersama teman disebelahnya yang menghenalkan jilbab pink dengan baju
kemeja panjang merah muda yang menutupi lengan putihnya.
Sesaat itu ia berani menatapku dengan lembut, bahkan tanpa aku sadar ia menatapku
dengan jeda waktu sepersekian menit, bahkan ketika aku tidak sedang
memperhatikannya ia memperhatikan ku dengan rasa penasaran yang tersusun rapih
dimata.
Wanita rambut bergelombang sepunggung, ia hari ini mengenakan baju lengan pendek dengan
warna hitam berbintik, ditutup chardigan hitam tipis, dihias dengan gelang etnik yang terbalut di lengan kiri
serta jam tangan berwarna putih dengan list berwarna hitam.
Rambutnya
yang berwarna kebulean serta lurus bergelombang terhembus dengan terpaan angin lembut membuatnya semakin terlihat cantik. Tas
menggantung biru tua hampir mirip seperti balutan jeans dengan tali
abu-abu kehitaman.
Saat aku fokus ke layar laptop, ia berdiri. Kang roti memberikan pesanan
yang ia tunggu-tunggu. Tanpa sadar ia berdiri memalingkan wajah kearahku dengan
berdeham (menutup mulut dengan kepalan tangan) melihat kearahku dengan penuh tanda tanya.
Hari itu pertama kali aku melihatnya, meski satu Universitas. Belum pernah berpapasan sebelumnya. Melihatya pun baru hari iini. Kata suara dikepala ku.
“Ia siapa ya?” kata perempuan
itu dibalik benaknya
Dengan
penuh pertanyaan seperti itu ia berdiri melihat kearahku dan teman
disampingnya.
“Say ayok ke kosan kamu, laper gue..” kata temannya.
Lalu
ia pergi dengan pesanan roti yang masih panas di genggamnya, berjalan menjauh
pandangan mata. Beberapa sekian detik aku menatap punggu tasnya, ia hanya
membalikan wajahnya dengan penuh tanda Tanya.
Ia
berjalan dan tertelan gang dari pandangan mata…
Semoga
kita dipertemukan kembali..
Komentar